Proses
Ovulasi
Oogenesis
merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses pembentukan ovum di
dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium atau sel indung telur.
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium
akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian
oosit primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan
badan polar I (polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap
meiosis II dan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel
kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama
juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan
satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Ovulasi terbagi atas 3 fase
yaitu:
a.
Fase
pra-ovulasi
Oosit
dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga mengalami
perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga
terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin yang
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan
folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel
primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi
matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai
fase poliferasi.
b.
Fase
ovulasi
Ovulasi
merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan
kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase
ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan
balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
c.
Fase
pasca-ovulasi
Pada
fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut
berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15
sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki
kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi
estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi
aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar